POTRET KAUM MUDA ERA TEKNOLOGI AI

Maksis Sakhabi | Wakil Ketua Karang Taruna Provinsi Banten

Pemuda sebagai estafet kepemimpinan bangsa memiliki peran penting dalam menghidupkan proses terbentuknya karakter yang kuat dan tidak mudah goyah.

Pemuda memiliki peran yang tak bisa digantikan dengan unsur manusia lainnya lantaran usia muda yang cenderung berdiri sendiri, merdeka dan terbebas dari bentuk intervensi dan pengekangan.

Namun di era teknologi saat ini, pemuda dihadapkan dengan berbagai macam tantangan, dari yang kasat mata sampai yang tak nampak wujud namun terasa lebih nyata. Apa itu? Kecanggihan teknologi yang disebut dengan kecerdasan buatan. Kecerdasan buatan yang berkembang memasuki lini kehidupan sehari-hari dan segala aktivitas manusia menjadi peran pemuda harus lebih dikencangkan dalam menjalani proses pembentukan karakter dalam menuju martabat istimewa sebagai golongan kuat diantara manusia lainnya.

Pemuda mempunyai kekuatan fisik, kecakapan tubuh, kecerdasan berpikir dan kemampuan menganalisa. Karena usia muda adalah usia segar dalam melakukan berbagai hal aktivitas.

Namun saat ini ada yang lebih segar dan konsisten dalam aktivitasnya yaitu kecerdasan buatan. Secara kasat mata ini tidak lain dari yang disebut sebagai robot, namun seiring waktu berjalan dan pengembangan dari kecerdasan buatan itu semakin menunjukkan kemiripannya dengan sifat manusia. Jadi tidak hanya menyerupai fisik namun mengarah pada menyerupai karakter.

Bayangkan, hanya melalui perintah manusia yang sudah diformat dalam memori buatan yang diterapkan pada kecerdasan buatan tersebut, memiliki hasil yang sangat menyerupai manusia sungguhan. Saat ini kita sering melihat tayangan video buatan mesin kecerdasan buatan nampak seperti asli. Kondisi fisik yang ditampilkan menyerupai perasaan yang dialaminya. Ini mendekati kepada karakter buatan.

Jika kita memerintahkan mesin buatan itu untuk menciptakan manusia yang memiliki rasa tinggi, penyayang dan perhatian terhadap sesuatu hal maka keluar manusia seperti yang digambarkan dalam kata-kata tadi.

Ini akan sangat berdampak pada kelangsungan kaum muda. Kaum muda identik dengan kreativitas dan inovasi. Kini, kecerdasan buatan semakin menunjukkan kecerdasan menyerupai sungguhan, bahkan menciptakan karakter serupa manusia. Kaum muda harus menyadari adanya kecanggihan Kecerdasan buatan adalah peluang sekaligus ancaman.

Karena hal ini menyebabkan timbulnya konsekuensi berkepanjangan maka kecerdasan buatan dapat dikendalikan dengan kebiasaan kaum muda. Pemuda yang memiliki kebiasaan mengikuti (follower) alias tidak menciptakan sesuatu, walau sekedar kata-kata. Maka ia akan masuk dalam perangkap kemajuan teknologi. Ini tak bisa dianggap sepele dan sederhana. Jika pemuda dibuat tercengang oleh kecanggihan teknologi maka ia (manusia) bisa melakukan apa? Ini akan menjadi problem baru bagi perkembangan kaum muda saat ini yang berdampingan hidupnya dengan kecanggihan buatan. Pemuda dapat memanfaatkan kecanggihan buatan tersebut untuk menguji berbagai aspek urusan. Mulai dari urusan individu, kelompok, ummat hingga urusan negara.

Masih ingat dengan iklan yang dibuat pemerintah (baca: istana) yang menampilkan beberapa bocah berdiri di belakang seorang bocah yang pidato tentang presiden masa depan. Ini menggambarkan keadaan bahwa kaum muda saat ini dapat diwakili oleh manusia-manusia buatan tadi. Ironis memang, namun ini yang dialami oleh negara kita secara nyata. Generasi muda kita tak tahan dengan penderitaan, tak biasa dengan ketidakpastian, tak ramah dengan kenyataan.
Pemuda hari ini memandang manusia buatan lebih baik darinya, sehingga pemuda kita lupa bahwa ia sedang melawan ciptaannya sendiri, yaitu manusia cerdas buatan.

Tak banyak yang menggembirakan dari munculnya kecerdasan buatan yang serba bisa melakukan apa saja. Hal ini dikarenakan pemuda saat ini tak banyak rasa percaya diri yang dimilikinya, sehingga kerap menyediakan konten-konten manusia sungguhan berganti menjadi manusia buatan.

Dampak dari kondisi demikian menjadikan kaum muda tersingkirkan peranannya oleh manusia buatan yang tak kalah menarik perhatian manusia.

Kaum muda mestinya selalu menjaga akal sehatnya dengan menerapkan kedisiplinan yang tinggi, karakter yang tak dapat digantikan robot serta tujuan hidup yang tak selalu soal materi. Ada nilai lain selain materi. Manusia hidup dengan segala harapan yang ingin dicapainya, namun seberapa sukses ia mampu mencapai tujuan bergantung pada seberapa ia bergerak menjalankan prinsip-prinsip gotong royong dalam kehidupannya.
Kaum muda saat ini tidak peka terhadap relasi sosialnya. Ia cenderung memilih siapa yang paling menguntungkan maka ia yang akan menjadi partnernya, sebaliknya ia tidak mau menghabiskan waktu untuk bersama orang yang dianggapnya tak banyak merubah kehidupannya.

Sikap ini sedang banyak menyertai para tokoh pemuda kita di Indonesia. Sedikit tindakan yang terjadi, segudang suara berbunyi dengan lantang mempengaruhi situasi. Inilah kecerdasan buatan kaum muda.

Kaum muda kita sudah mulai menggunakan kecerdasan buatan untuk mengkampanyekan sesuatu hal yang berdampak luas. Bangun, ini era pemuda dalam bingkai Kecanggihan Teknologi .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *