Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) Tahun 2025 mengambil tema Mengawal Kemerdekaan Menuju Peradaban Dunia. Mengandung arti bahwa santri menjadi harapan bangsa dalam menciptakan peradaban baru dunia. Dunia yang damai, tentram, bersahaja, sejahtera dan penuh rahmat. Santri sebagai orang yang dipandang memiliki akhlak mulia dan budi luhur sangatlah tepat bangsa ini mengharapkannya menjadi garda depan dalam mengawal kemerdekaan.
Kemerdekaan yang tidak lagi bicara angkat senjata, tidak lagi bicara berapa jumlah musuh, tidak lagi bicara tentang pengkhianat. Kemerdekaan kita saat ini adalah mengisi dan mengawalnya agar menjadi ruang bagi generasi dalam tumbuh kembang menjadi manusia yang berakhlak dan beradab.
Akhlak dan adab adalah dua hal yang menjadi perisai para santri dalam menjaga keilmuannya. Ilmu saja tidaklah cukup. Berapa banyak orang yang berilmu kerjaannya menipu, mengelabui, membohongi dan memutar balikkan fakta. Orang berilmu tanpa didasari akhlak mudah berbuat curang, mudah berbuat maksiat dan seterusnya. Di Indonesia ini sudah banyak orang pintar tapi sedikit yang benar. Mengapa ini bisa terjadi? Kita harus bertanya pada negara bahwa sejauh mana pondok pesantren dikembangkan oleh negara? Padahal lembaga pendidikan berbasis keagamaan itu tumbuh sejak Indonesia belum merdeka. Dan, disanalah lahir pemimpin-pemimpin ummat, seperti KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah, KH. Idham Chalid, dan lain-lain. Itu menunjukkan Indonesia ini dipimpin para santri yang berhasil menerapkan ilmunya dengan akhlak dan adab.
Memimpin itu harus dengan akhlak dan adab. Jika tidak, bangsa ini mudah runtuh. Perilaku korupsi itu dilakukan dengan ilmu tetapi tidak dengan akhlak dan adab. Coba kita tengok, hampir sebagian besar koruptor itu adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi. Tapi kenapa mereka melakukannya karena ilmunya tidak dipagari oleh akhlak dan adab.
Potret santri harus menjadi inspirasi para pelajar kita secara keseluruhan. Baik yang di pondok pesantren maupun yang di luar pondok pesantren. Santri punya pengalaman berbeda dengan pelajar umum lainnya. Karena ia tinggal di pesantren, jauh dari keluarga dan orang tua, santri hanya mengandalkan dirinya dan para kiyainya untuk menghadapi segala macam situasi di pondok. Tidak selamanya situasi yang dihadapi santri selalu dalam keadaan baik. Ada kalanya ia mengalami persoalan. Mulai dari kehilangan barang-barang, berselisih dengan teman, melakukan kesalahan sampai dihukum mudabbir, dan sebagainya tetapi keadaan itu ia hadapi dengan sendirinya. Tidak mudah melapor ke orang tua apalagi melapor polisi agar ia dianggap benar dan menghukum gurunya. Perbuatan itu jauh untuk dilakukan para santri. Disinilah kita tahu bahwa santri memiliki mental kuat dan kokoh, semua itu karena didikan pondok pesantren yang intensif 24 jam berada di lingkungannya.
Orang yang berada di luar pondok pesantren, bukan tidak bisa menjadi santri. Ia bisa menjadi santri dengan cara menerapkan prinsip belajar 24 jam sebagaimana lingkungan pesantren. Pelajaran formal di kelas tidak berbeda antara di pesantren dan di luar pesantren, perbedaannya adalah setelah mengenyam pembelajaran di kelas, santri terus belajar di lingkungannya. Belajar mandiri, belajar mengatasi masalah, belajar menyesuaikan diri, belajar sabar, belajar ikhlas, belajar tawadhu dan sebagainya. Ini tentu tidak mudah, tetapi dengan kesabaran dan keikhlasan bisa dijalankan para santri.
Keilmuan, karakter dan jiwa yang terbentuk pada diri santri menjadi harapan bangsa untuk menuju era baru peradaban dunia. Peradaban dunia saat ini sudah tidak membedakan manusia dan teknologi. Keduanya sudah berdampingan dan bahkan mampu saling mengerjakan tugas-tugas keduanya. Teknologi mampu menggantikan tugas manusia. Manusia mampu menciptakan tatanan teknologi baru. Keduanya sulit dibedakan. Maka dari itu, peradaban baru dunia ini harus kita cermati pola dan kebiasaan interaksinya. Karena yang mampu mengimbangi pola peradaban dunia saat ini adalah orang-orang yang berilmu sekaligus berakhlak dan beradab. Karena ada satu hal yang tidak bisa digantikan oleh teknologi yaitu akhlak dan adab.
Peran santri di era saat ini sangat dibutuhkan dunia, untuk mengimbangi kecenderungan manusia-manusia yang individualis, tidak berempati dan tidak saling menghargai dan menghormati satu sama lainnya. Akhlak dan adab mampu menahan sifat-sifat manusia modern tersebut agar manusia tidak kehilangan arah dan digantikan dengan peran teknologi tanpa ada kemanusiaannya.












